Wisata Permata : Batu Cincin Lumuik Suliki Payakumbuh. Sumatera Barat kembali menyita perhatian para pecinta dan pemerhati batu permata baik lokal bahkan internasional. Yaitu Batu Cincin Lumuik Suliki. Lumuik dalam bahasa Indonesia artinya Lumut. Ini karena memang batu cincin ini memiliki warna khas hijau dengan corak seperti lumut. Suliki adalah sebuah kecamatan di wilayah kabupaten Lima Puluh Kota. Sedangkan kota Payakumbuh diambil karena dahulunya masuk daerah Lima Puluh Kota sebelum adanya pemekaran.
Terdapat banyak jenis dari Lumuik Suliki ini diantaranya adalah:
- Batu Lumuik Suliki Pandan
- Batu Lumuik Suliki Kumbang
- Batu Lumuik Suliki Abu
- Batu Lumuik Suliki Terawang
- Batu Lumuik Suliki Teratai
- Batu Lumuik Suliki Cimpago
- Batu Lumuik Suliki Pancar
- Batu Lumuik Suliki Suto
- Batu Lumuik Suliki Logam
- Batu Lumuik Suliki Anggur
- Batu Lumuik Suliki Ungu
- Batu Lumuik Suliki Hitam
- Batu Lumuik Suliki Merah
- Batu Lumuik Suliki Hijau
- Batu Lumuik Suliki Kuning
- Batu Lumuik Suliki Putih
- Batu Lumuik Suliki Cokelat
Sekarang batu cincin ini telah menyaingi ketenaran Batu Lumuik Sungai Dareh yang telah menjadi primadona sebelumnya. Keunggulan dari Lumuik Suliki dibanding Sungai dareh adalah corak dan warnanya yang lebih variatif sehingga menambah keindahan. (baca juga: Batu Cincin Sungai Dareh | Permata Hijau Dharmasraya Sumatera Barat )
Peran serta pemerintah setempat juga sangat mendukung pesatnya keberadaan lumuik suliki. Baik melalui pameran, promosi formal maupun informal baik media massa maupun internet sehingga masyarakat lusa lebih mengenal batu permata ini. Bahkan kini Lumuik Suliki telah menjadi oleh-oleh khas kota Payakumbuh. Semoga dengan adanya trend ini mampu menambah pendapatan pemerintah daerah dan juga masyarakat setempat sehingga meningkatkan perekonomian dan kesejahteraannya.
Demikian artikel Wisata Permata : Batu Cincin Lumuik Suliki Payakumbuh. Semoga bermanfaat dan menjadi referensi pengetahuan kita semua. Terima kasih.
One thought on “Wisata Permata : Batu Cincin Lumuik Suliki Payakumbuh”